Mayor Jenderal TNI Pranoto Reksosamodra, caretaker Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), ditunjuk Presiden Sukarno menggantikan Men/Pangad Jenderal Ahmad Yani yang gugur dalam peristiwa G30S, dinihari, 1 Oktober 1965. Ironisnya, Pranoto kemudian juga menjadi salah seorang korban pergulatan kekuasaan pasca-peristiwa berdarah itu. Sejak Maret 1969, Pemerintah Order Baru menjebloskannya ke penjara selama 15 tahun, tanpa pernah diadili.
Dalam buku kenangannya ini Pranoto bertutur tentang rangkaian peristiwa di seputar peristiwa tragedi 1965. Lewat catatannya yang sudah tersimpan selama lebih dari 40 tahun ia ingin membagi kesaksian tentang berbagai peristiwa dan tokoh-tokoh yang memainkan peran penting pada masa peralihan kekuasaan itu, terutama Jenderal Soeharto.
Ditulis dengan bahasa yang jernih, jujur, dan jauh dari rasa dendam dan amarah.
***
Buku yang mengangkat dimensi kemanusiaan yang kini Iebih banyak hanya dibicarakan: kejujuran, tanggung jawab, profesionalitas, serta cara bersikap ketika dihadapkan pada kenyataan kebebasan diri direnggut. Sekalipun tubuh terperangkap dalam kungkungan tembok dan terali besi, dari satu penjara ke penjara lain, namun kisah tentang apa yang dialami dan diingat Pranoto tetap bebas mengalir. Rangkaian kalimat tersusun secara sistematis dan berkesinambungan, mengalir dari pikirannya yang jernih. Swakendali, daya tanggap serta pilihan keputusan untuk menguasai dan membunuh waktu membuatnya berani dan tegar menelan pil pahit kehidupan. Yang menarik, bagaimana ia bersikap terhadap seorang Soeharto, sesama perwira dan sahabatnya, baik ketika terjadinya kasus penyelewengan keuangan, hari-hari pertama diangkat sebagai caretaker Menpangad maupun ketika ditahan atas perintah Soeharto dengan tuduhan terlibat peristiwa G30S. Sikap beliau tetap correct, layaknya sikap seorang prajurit yang tetap berpegang teguh pada sumpahnya. - Dr. Nani Nurrachman Sutojo, psikolog dan penulis Kenangan Tak Terucap. Saya, Ayah dan Tragedi 1965.
Karier Mayjen TNI Pranoto Reksosamodra berakhir tragis. Bukan saja Soeharto melakukan insubordinasi dan melawan semua perintah yang dikeluarkan Pranoto, tetapi Soeharto kemudian juga menangkap dan menjebloskan Pranoto ke dalam penjara. Buku yang penting, karena menjadi pelengkap dari rangkaian lembaran puzzle yang diperlukan untuk mengungkap apa di balik peristiwa 1965, yang kemudian mengantarkan Soeharto menjadi presiden sekaligus penguasa terlama di Indonesia selama 32 tahun. - Stanley Adi Prasetyo, Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 2007-2012.