Saya begitu terinspirasi oleh buku QUANTUM WRITING. Ibarat quantum, energi yang diberikan penulisnya lewat kata-kata dalam buku ini begitu powerfull seperti pancaran cahaya yang amat dahsyat.
“Menulis adalah salah satu cara melakukan perjalanan batin”. Ya, mungkin itulah salah satu alasan saya tidak berhenti membaca buku ini. Saya ingat akan kisah seorang gadis kecil dan diarinya. Setiap hari sepulang sekolah tak lupa ia menulis dalam buku diari birunya, membiarkan tangan mungilnya terus bergerak meninggalkan jejak-jejak coretan. Laksana Claude Monet, dengan lihai ia menarikan kuasnya di atas kanvas diari. Menuangkan cerita-cerita tentang sekolah, tentang mimpi, harapan, tangis, tentang cinta. Lalu ketika sang gadis sudah beranjak dewasa, saat “waktu adalah uang” sudah menjadi slogan hidup, tak ada lagi cerita untuk dibaca, dan buku diari itu hanya menjadi penghuni box kayu di bawah tempat tidur. Tak tersentuh lagi.
Mungkin gadis kecil itu adalah saya, mungkin juga anda. Lihatlah betapa sering kita menertawakan kegiatan menulis diari sebagai ritual anak ingusan yang ngga punya kerjaan. Padahal lewat catatan harian, pengalaman itu distrukturkan, dikristalkan dan diberi karakter diri. Luar biasa.
Tanpa tulisan-tulisan dalam memoarnya, kita ngga akan pernah tahu kalo di hari kematian Hasan Al Banna, menyusul penembakan misterius dengan luka yang masih bias
... Baca Selengkapnya