Pencarian

Kata Kunci
金丰南 赠送 土器 纽约大都会艺术博物馆
Penulis
Tempo

Format
Soft Cover (96)
(7)
Hard Cover (1)

Bahasa
Indonesia (94)
(8)

Hasil: 41 - 60 dari 107
GRIDLIST
41.
April 2017
Stock tidak tersedia
SHE had dreams and yearnings many of us share: rights and choices, rebelling against customs and traditions that shackled her intellectual growth—feudalism, polygamy and other forms of discrimination against women. Unlike many of us ,however, she was restricted in how she could manifest those aspirations. ...
42.
Soft Cover, Maret 2017
Stock tidak tersedia
JIKA masih hidup, dan diminta melukiskan situasi sekarang, Mohammad Hatta hanya perlu mencetak ulang tulisannya yang terbit pada 1962: “Pembangunan tak berjalan sebagaimana semestinya.... Perkembangan demokrasi pun telantar karena percekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otonomi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah”. Demokrasi dapat berjalan baik, menurut Hatta, jika ada rasa tanggung jawab dan toleransi di kalangan pemimpin politik. Sebaliknya, kata dia, ...
43.
Soft Cover, Februari 2017
Stock tidak tersedia
"Ia orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya ""Bapak Republik Indonesia"". Sukarno menye but nya ""seorang yang mahir dalam revolusi"". Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya. Tan melukis revolusi Indonesia dengan ber gelora. Sukarno pernah menulis testamen politik yang berisi wasiat penyerahan kekuasaan kepada empat nama—salah satunya Tan Malaka—apabila Bung Karno dan Bung Hatta mati atau ditangkap. ...
44.
Soft Cover, Februari 2017
Stock tidak tersedia
"Empat puluh tahun sejak Sukarno meninggal, nama serta wajahnya tidak pernah benar-benar lumat terkubur. Kampanye puluhan tahun Orde Baru untuk membenamkannya justru hanya memperkuat kenangan orang akan kebesarannya. Sukarno tak pernah berhenti menjadi ikon revolusi nasional Indonesia yang paling menonjol—mungkin seperti Che Guevara bagi Kuba. Di banyak rumah, foto-fotonya, kendati dalam kertas yang sudah menguning di balik kaca pigura yang buram, tidak pernah diturunkan dari dinding ...
45.
Soft Cover, Februari 2017
Stock tidak tersedia
Mendesak Sukarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan, Sutan Sjahrir justru absen dari peristiwa besar itu. Dia memilih jalan elegan untuk menghalau penjajah: jalur diplomasi—cara yang ditentang tokoh lain yang lebih radikal. Ideologinya, antifasis, dan antimiliter, dikritik hanya untuk kaum terdidik. Ia dituduh elitis. Sejatinya, Sjahrir juga turun ke gubuk-gubuk, berkeliling Tanah Air menghimpun kader Partai Sosialis Indonesia. Sejarah telah menyingkirkan peran besar Bung Kecil ...
46.
Soft Cover, Februari 2017
Stock tidak tersedia
Soe Hok-gie adalah seorang pemikir yang kritis, idealis, dan pemberontak. Catatan hariannya—yang dibukukan dalam Catatan Seorang Demonstran (1983)—merangkum semangat perlawanan yang tumbuh sejak ia duduk di bangku SMP. Gie pernah mendebat guru bahasa Indonesia lantaran berbeda pendapat soal pengarang prosa “Pulanglah Dia si Anak Hilang”. Lalu semasa SMA, ia memprotes kebijakan sekolahnya yang hanya menampung siswa dengan orangtua dari kalangan pejabat. Gie sangat dikenang berkat ...
47.
Soft Cover, Februari 2017
Stock tidak tersedia
"Chairil Anwar bukanlah sastrawan yang hanya merenung di balik meja lalu menulis puisi. Sajak “Diponegoro” yang petilannya menerakan kata-kata Maju Serbu Serang Terjang, misalnya, ia tuliskan untuk menggelorakan kembali semangat juang. Melalui sajak ini, ia mengungkap sosok Diponegoro yang kuat dan liat menghadapi Belanda. Chairil tegas melawan kolonialisme. Sebuah kutipan populer yang menandakan semangat itu terambil dari puisi itu: sekali berarti, sudah itu mati. Sesudah kemerdekaan, ...
48.
Januari 2017
Stock tidak tersedia
Soe Hok-gie adalah seorang pemikir yang kritis, idealis, dan pemberontak. Catatan hariannya—yang dibukukan dalam Catatan Seorang Demonstran (1983)—merangkum semangat perlawanan yang tumbuh sejak ia duduk di bangku SMP. Gie pernah mendebat guru bahasa Indonesia lantaran berbeda pendapat soal pengarang prosa “Pulanglah Dia si Anak Hilang”. Lalu semasa SMA, ia memprotes kebijakan sekolahnya yang hanya menampung siswa dengan orangtua dari kalangan pejabat. Tabiat itu membentuknya menjadi ...
49.
Seri Tempo: Gie oleh Tempo
Soft Cover, Desember 2016
Stock tidak tersedia
Soe Hok-gie adalah seorang pemikir yang kritis, idealis, dan pemberontak. Catatan hariannya-yang dibukukan dalam Catatan Seorang Demonstran (1983)-merangkum semangat perlawanan yang tumbuh sejak ia duduk si bangku SMP. Gie pernah mendebat guru bahasa Indonesia lanatarn berbeda soal pengarang prosa “Pulanglah Dia si Anak Hilang”. Lalu semasa SMA, ia memprotes kebijakan sekolahnya yang hilang menampung siswa orangtu dari kalangan pejabat. Gie sangat dikenang berkat tulisan-tulisannya. ...
50.
Soft Cover, November 2016
Stock tidak tersedia
Hidup berdekatan dengan laut sejak kecil di Maluku membuat Yosmina Tapilatu menggeluti riset mikrobiologi laut dalam. Ia berhasil menemukan bakteri-bakteri penghasil senyawa eksopolisakarida yang berguna untuk pengobatan dan rehabilitasi lingkungan. Sementara itu, karier bermusik Kartika Jahja selaras pencarian identitas dirinya dalam berbagai kegiatan sosial. Lewat video Tubuhku Otoritasku, ia mengampanyekan kesadaran tentang tubuh perempuan sebagai wilayah privat yang tak bisa didikte. ...
51.
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
LELAKI cadel itu tak per nah bisa melafalkan huruf “r” dengan sempurna. Ia “cacat” wicara tapi di ang gap ber ba ha ya. Rambutnya lusuh. Pakaiannya kumal. Cela na nya se perti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bu kan bu rung merak yang mem pesona. Namun, bila penyair ini membaca puisi di te ngah bu ruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap seba gai agi tator, peng hasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propa ganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan bu ruh dan ...
52.
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
“Yang sakit itu Soedirman, tapi Panglima Besar tidak pernah sakit.” Pagi itu, 19 Desember 1948, Panglima Besar bangkit dan memutuskan memimpin pasukan keluar dari Yogyakarta, mengkonsolidasikan tentara, dan mempertahankan Republik dengan bergerilya. Panglima Besar sudah terikat sumpah: haram menyerah bagi tentara. Karena ikrar inilah Soedirman menolak bujukan Sukarno untuk berdiam di Yogyakarta. Dengan separuh paru-paru, ia memimpin gerilya. Selama delapan bulan, dengan ditandu, ia ...
53.
No Image Available
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
54.
No Image Available
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
Sesungguhnya dia punya pilihan gampang dan me nye - nangkan. Dengan gelar Meester in de Rechten da ri Uni ver - sitas Leiden, ia tak kurang suatu apa un tuk menjadi ka ya raya dan sejahtera. Namun, Yap Thiam Hien memilih jalan lain. Mi sal nya: Ketika kantor pengacara lain mengenakan ta rif Rp40 juta per klien, biaya yang dikutip Yap ha nya Rp5-10 juta. Tak jarang ia menggratiskan ja sa ke pe nga caraannya. Pembelaannya memburu ke be nar an, bukan sekadar keme nangan. Apalagi hanya me ra ...
55.
No Image Available
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
Teungku Daud Beureueh, ulama dan tokoh masyarakat karismatik Aceh, mengangkat senjata melawan pemerintah pusat pada 1953. Lalu perang datang silih berganti di Tanah Rencong hingga pergantian abad. Sungguh ironis. Teungku Daud adalah orang yang menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945 dengan sumpah setia. Ia mencintai Indonesia merdeka: dihimpunnya dana masyarakat Aceh untuk membiayai perjuangan militer dan diplomatik RI melawan tekanan Belanda. Bung Karno bahkan menganggap Aceh ...
56.
No Image Available
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
Berasal dari keluarga abangan, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo menjadi pemimpin pemberontakan Darul Islam. Berbekal pengetahuan agama Islam yang digalinya secara otodidak, Kartosoewirjo memberontak demi cita -cita negara Islam. Toh, pemberontakannya telah ikut mewarnai sejarah pembentukan Republik yang masih berusia muda. Hampir lima puluh tahun setelah kematiannya, pemikiran dan cita cita mendirikan negara Islam masih bergelora di kalangan sebagian umat Islam negeri ini dan masih terus ...
57.
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
JIKA masih hidup, dan diminta melukiskan situasi sekarang, Mohammad Hatta hanya perlu men cetak ulang tulisannya yang terbit pada 1962: “Pembangunan tak berjalan sebagaimana semes ti nya.... Perkembangan demokrasi pun telantar karena per cekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otono mi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah”. Demokrasi dapat berjalan baik, menurut Hatta, jika ada rasa tanggung jawab dan toleransi di kalangan pemimpin politik. Sebaliknya, kata dia, ...
58.
No Image Available
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
Menggagas banyak mitos tentang Indonesia, ia pencinta Republik yang keras kepala. Bung Hatta menuding ia licik. Sederet kontroversi serta tuduhan menyelimuti Muhammad Yamin: menyembunyikan naskah otentik perumusan dasar negara, mengaku berpidato dan menyerahkan rancangan hukum dasar yang mirip UUD 1945, juga menciptakan figur Gajah Mada tanpa mengindahkan verifikasi arkeologis. Di ranah politik Yamin tak hanya berpindah-pindah partai. Ia juga sigap melompat keluar dari jalur nonkooperatif ...
59.
Seri Tempo: Chairil Anwar oleh Tim Buku Tempo
Soft Cover, Oktober 2016
Stock tidak tersedia
Chairil Anwar adalah perwujudan dari pepatah “Ars longa, vita brevis”. Hidup itu singkat, seni itu abadi. Chairil Anwar bukanlah sastrawan yang hanya merenung di balik meja lalu menulis puisi. Ia adalah seoran perintis bagi sejarah sastra modern Indonesia. Ia adalah seorang penyair yang rela hidup menderita demi sebuah pencarian. Jejak kesenian Chairil Anwar memunculkan namanya sebagai pelopor penyair dari angkatan sebelumnya. Ia terkenal dengan potret dirinya yang ikonik dalam pose ...
60.
No Image Available
Soft Cover, September 2016
Stock tidak tersedia