Arus posmodernisme, yang merupakan respons keras atas modernisme, selama dua-tiga dekade belakangan begitu hebat mewarnai dan memengaruhi diskursus intelektual di negeri ini. Tapi ternyata posmodernisme di Indonesia tidak hanya menjadi satu masalah saintifik atau filosofis saja. Dengan cara-cara tertentu, posmodernisme juga diadopsi untuk digunakan sebagai alat menghadapi berbagai persoalan keseharian. Ini berarti bahwa pada satu titik tertentu posmodernisme kemudian tak hanya diletakkan dalam kerangka intelektual, tapi juga menjelma sebagai landasan bagi gerakan sosial yang aplikasinya dapat menyentuh berbagai dimensi kehidupan masyarakat. Kemudian, tanpa bisa dihindari, di wilayah publik muncul beragam penafsiran, yang bisa saja berbentur atau berbaur.
Buku ini merefleksikan pergulatan kaum intelektual Indonesia dalam kerangka atmosfer pemikiran semacam itu, di tengah-tengah perubahan sosial, politik, budaya, dan ekonomi negeri ini. Renungan dan kilas penjelajahan yang disajikan buku ini pada akhirnya mengajak kita untuk menakar ulang dan mengaca diri tentang sejauh mana peran dan keterlibatan kaum intelektual Indonesia berhadapan dengan situasi zaman baru yang kian akut dan kompleks.
Radhar Panca Dahana menulis beberapa buku esei, puisi, cerita pendek, dan drama. Setelah melanjutkan studinya di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, Paris, ia mengajar di Jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia. Kini ia tinggal bersama istri dan seorang anaknya di Jakarta.