Kata tidak selalu menjadi daratan yang statis, diam dan tak bergerak. Mungkin ia lautan yang senantiasa bergejolak, pergi-pulang, tiada henti. Kata harus menemukan dirinya, yang tak lain menemukan manusia yang telah meninggalkan dan ia tinggalkan.
Maka, berkatalah. Bukan hanya untuk mengerti tapi untuk menjadi. Susunlah kata-kata hingga ia menjadi hidup yang berwaktu dan bercinta. Susunlah ia jadi puisi sehingga ia memanusiakan kamu, sebagaimana sejarah waktu ada padamu, sejarah cinta membentukmu.
Radhar Panca Dahana menulis beberapa buku esei, puisi, cerita pendek, dan drama. Setelah melanjutkan studinya di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, Paris, ia mengajar di Jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia. Kini ia tinggal bersama istri dan seorang anaknya di Jakarta.