Abad ke-20 ditandai dengan penyamarataan "budaya MacWorld" dan hasrat komunitas-komunitas lokal untuk mewujudkan identitas khas antara kekuatan-kekuatan pemersatu globalisasi di satu pihak dan konflik semakin banyak pandangan hidup, religius, moral, ideologis yang tidak mau bersatu di pihak lain. Etika abad ke-20 tidak terlepas dari suasana konflik ini. Dalam kemajemukan posisi dan metodenya yang saling mengabaikan segala keyakinan atau visi inti yang mempersatukan tampak sudah hancur. Buku ini memperkenalkan pemikiran 12 tokoh etika abad ke-20 untuk menunjukkan adanya kemajemukan. Sasaran: pembaca yang tertarik untuk memahami 'drama' perjuangan intelektual di belakang kejadian-kejadian dramatis abad ke-20.
Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno SJ adalah rohaniwan yang lahir tahun 1936 di Eckersdorf, Jerman, dan sejak 1961 hidup di Indonesi. Dia adalah guru besar filsafat sosial pada Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta dan guru besar luar biasa Falkutas Pasca Sarjana Universitas Indonesia, dosen tamu pada Geschwister-Scholl-Institut Universitas Munchen, pada Hochschule fur Philosophie, Muchen, dan pada Falkutas Teologi Universitas di Innsbruck. Ia beelajar Filsafat, Teologi dan Teori Politik di Pullach, Yogyakarta dan Muchen. Pada tahun 1973 ia memperoleh gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari Universitas Munchen dengan sebuah disertasi tentang Normative Voraussetzungen im Denken des jungen Mwrx (1843-1848) (1975,Alber)