Ketersediaan | : | Stock tidak tersedia |
Format | : | Soft Cover |
ISBN | : | 6020310019 |
ISBN13 | : | 9786020310015 |
Tanggal Terbit | : | 13 November 2014 |
Bahasa | : | Indonesia |
Penerbit | : | Gramedia Pustaka Utama |
Dimensi | : | 140 mm x 210 mm |
Sebuah cerita mesti dituturkan sedemikian rupa agar kisah itu menjadi alat bantu di dalam dirinya sendiri. Kakekku menderita lumpuh. Suatu ketika ia diminta bercerita tentang gurunya. Maka Kakek pun menceritakan bagaimana gurunya dahulu melompat-lompat dan menari sewaktu ia berdoa. Kakek bangkit ketika menceritakan hal itu, dan ia begitu larut oleh ceritanya, hingga ia mulai melompat dan menari untuk memperlihatkan bagaimana gurunya dulu melakukannya. Sejak saat itu, Kakek sembuh dari kelumpuhannya. Itulah cara menuturkan sebuah cerita.
—Martin Büber—
Cerita-cerita membantu kita. Mereka adalah guru. Mereka adalah obat. Mereka membuat kita tetap terjalin erat dengan nilai-nilai hidup. Mereka membuat kita waspada. Selalu demikianlah kenyataaannya. Buku ini menyajikan cerita dan perumpamaan tentang kewaspadaan dan tetap tinggal dekat dengan Sang Sumber Kehidupan. Setiap cerita memiliki roh di dalam dirinya, dan hanya menggunakan pencerita agar bisa hadir kembali di dunia. Setiap cerita juga memiliki remah-remah hidup si pencerita, karena tak ada cerita yang mengalir keluar tanpa citarasa orang yang menuturkannya.
Buku ini bisa dikatakan sebuah undangan untuk menjalin relasi mendalam dengan Sang Pemberi Kehidupan. Cerita-cerita dalam buku ini membawa benih-benih kemanusiaan kita. Mereka mengusik keberanian kita untuk mendengarkan kehidupan kita sendiri, menerima karunia kerapuhan kita, menelisik suara kita, memberikan komitmen pada peziarahan hidup kita, dan mengolah apa yang telah dianugerahkan kepada kita. Yang dibutuhkan hanyalah kerelasediaan kita untuk menyimak sebuah cerita dan menuturkan cerita yang lain. Kerelasediaan untuk tetap mendengarkan dan menyerap maknanya, sehingga hidup kita diperkaya dan dikuatkan olehnya.