Aku Suryani, seorang mahasiswi. Ini pertama kalinya aku ke pesta untuk ikut merayakan kemenangan
Teater Mata Hari, grup teater tempat aku menjadi sukarelawan pembuat website. Di pesta itu aku mabuk
hingga tak sadarkan diri saat diantar pulang.
Namun, keesokan harinya, tanpa sepengetahuanku, aku mendapati foto-fotoku yang sedang mabuk
terunggah di media sosial. Foto-foto itu membuatku kehilangan beasiswa dan diusir dari rumah. Aku yakinseorang anggota teater telah mengerjaiku. Dibantu Amin, teman masa kecilku yang bekerja di kios
fotokopi kampus, aku berupaya menelusuri kejadian pada malam pesta itu dengan meretas ponsel para
anggota Teater Mata Hari.
Bukti-bukti yang kukumpulkan mengarah pada seseorang. Namun, posisi dan kekuasaan keluarga orang
itu membuat pihak kampus memilih untuk berdamai. Konsekuensinya, aku malah harus memublikasikan
permohonan maaf.
Aku tidak tinggal diam. Aku harus mengungkap kejahatan orang itu, sampai kapan pun.
LUCIA PRIANDARINI sudah menulis banyak buku, baik fiksi maupun nonfiksi. Dia juga sempat menjadi reporter di beberapa media gaya hidup dan menulis naskah nonfiksi untuk beberapa penerbit, serta menulis konten di beberapa media daring. “Panduan Sehari-hari Kaum Interover dan Mager” adalah buku puisi perdananya. Puisi-puisi Lucia adalah respons atas situasi terkini ketika pandemi mengancam dan saat ketidakpastian menjadi lumrah.