Berisi cerita-cerita seputar Pak Beye dan istananya yang tampak remeh-temeh tapi sebenarnya menyiratkan persoalan negeri ini. Misalnya soal septic tank istana yang meluap akibat terlalu seringnya diadakan rapat. Lalu soal sepatu para pejabat yang bermerk luar, padahal mereka menggembar-gemborkan cinta produk dalam negeri. Penulis juga mencermati gelar akademis Pak Beye yang enam dari tujuh gelarnya berasal dari luar negeri.
Menangkap hal-hal yang luput dari pantauan media, buku yang bertutur ringan ini tak hanya menjelma catatan sejarah masa pemerintahan Pak Beye, tapi juga bacaan yang menghibur.
***
"Dari yang remeh-temeh terkadang perjalanan kemanusiaan kita bisa disempurnakan. Buku ini termasuk yang akan menyempurnakan itu." − Butet Kartaredjasa, Aktor
"Buku ini unik, semacam kronik yang selama ini luput dari catatan media, jurnalis, dan pengamat. Sangat membantu untuk menemukan 'warisan' Presiden SBY." − Azyumardi Azra, Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
"Wisnu Nugroho adalah penyair Sapardi Djoko Damono yang sedang menulis politik. Ungkapan-ungkapannya sederhana. Buku ini adalah bukti bahwa kesederhanaan tetap bisa menggugah. − Sujiwo Tejo, Budayawan
"Mengisahkan hal-hal (tidak) penting di Istana adalah strategi jenaka untuk menempatkan pada posisi sewajarnya." − Najwa Shihab, Jurnalis TV, Host Mata Najwa