Yang pertama kali Jenar lakukan begitu dia masuk ke dalam kafe adalah melepas jaket, lalu menyisir rambutnya yang lembap menggunakan jari. Di luar kafe, hujan sedang turun. Tidak terlalu deras, tapi cukup membuat Jenar basah dalam perjalanan singkatnya mengendarai sepeda motor dari kampus tanpa jas hujan. Parkiran kafe yang padat oleh sepeda motor pengunjung juga memperparah situasi, membuat Jenar harus memarkir kendaraannya lumayan jauh dari pintu depan kafe. Di meja nomor tujuh, beberapa teman satu departemennya yang sudah tiba telah menunggu. "Johnny belum sampe?" "Belum, katanya kejebak hujan," jawab Julian, sementara Jenar menggantung jaketnya yang agak basah di sandaran kursi. "Loh, dia nggak bawa mobil?" "Nggak, setahu gue lagi servis rutin." Jenar berdecak. "Bakal lama kalau gini caranya." "Santai aja, Je. Kita juga kan nggak lagi buru-buru banget," kata Kuncoro, membuat Jenar mendengus bete. Ia lalu mengalihkan pandang ke luar kaca jendela kafe berukuran besar yang berada tepat di sampingnya. Kafe tempat mereka bertemu punya model arsitektur menyerupai modern glass house, dengan banyak kaca bening di mana-mana. Kalau cuaca sedang terik, biasanya mereka menutup kaca menggunakan tirai roller agar tidak terlalu silau, juga untuk mencegah pengunjung merasa kepanasan. Namun akhir-akhir ini cuacanya lebih sering mendung. Ketika lagi turun hujan, semua tirai roller dibiarkan terangkat sampai ke tepi atas jendela. Tentang Penulis Renita dilahirkan di Bogor pada Januari 1997. Mulai suka menulis sejak SMP dan iseng mempublikasikan tulisannya di platform kepenulisan Wattpad di tahun 2015. Karya lainnya yang telah diterbitkan Bukune adalah Guardiationship, Dream Launch Project, Biru Langit dan Get On the Gouws