Majnun adalah kisah tentang cinta dan persahabatan, sekaligus semacam catatan kaki
atas sejarah yang dilupakan. Selain itu, pembelaan atas kebebasan dan gugatan
terhadap ketidakadilan adalah pokok novel ini. Cerita mengalir dalam bayang-bayang
ingatan dan luka masa lalu tokoh-tokohnya, berkelindan dengan riwayat sebuah negeri
yang pernah dikoyak oleh kolonialisme, represi politik, dan konflik agama.
Endorsements :
“Novel Majnun karya Anton Kurnia adalah undangan untuk merasuki tubuh para
pencinta dengan segala disorientasi kemabukan dan kegilaan. Diselubungi oleh Carmina
Burana—simfoni yang senapas menuturkan tragedi kemanusiaan: sejarah kekerasan,
kekuasaan, kepasrahan—novel ini membawa pembaca ke dalam kataklisme cinta.”
—Saras Dewi, pengajar filsafat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
“Dalam Majnun, dengan luwes Anton Kurnia menghadirkan kembali dua kisah cinta
termasyhur Laila-Majnun dan Yusuf-Zulaikha di dunia kita hari ini. Namun, membaca
Majnun tak cuma kita temukan tema asmara, Anton juga menyaling-silangkannya
dengan mitos dalam budaya Sunda-Jawa serta ragam persoalan sosial-politik sembari
dengan nakal menyisipkan elemen biografis. Sebuah permainan interteks yang
menarik.”
—Sunlie Thomas Alexander, sastrawan dan kritikus sastra