oleh Savitri Rahayu pada Senin, 29 Agustus 2016

"Oliver Twist" adalah salah satu karya Dickens yang paling populer. Kisah ini telah diangkat menjadi film dan pertunjuakn Broadway. Oleh karena itu, saya memiliki ekspektasi tinggi ketika membaca karya ini.

Saya kecewa ketika mendapatkan bahwa penokohan karakter di cerita ini hampir semuanya satu dimensional saja. Alur cerita banyak kebetulannya seperti sinetron. Hampir semua tokoh terlalu peduli dengan nasib karakter "Oliver Twist" yang hampir tidak mungkin terjadi pada Inggris di era Victoria. Sungguh mengecewakan untuk penulis sekalibar Charles Dickens.

Namun, jika kita menganggap karya ini adalah satir, maka Charles Dickens adalah jenius. Pada era Victoria, tidak ada yang peduli pada nasib anak yatim piatu,kaum miskin, atau kelas pekerja padahal nilai-nilai Kristiani sangat digembar-gemborkan oleh pemerintahan. Tokoh-tokoh pendukung yang selalu siap menyelamatkan Oliver Twist, anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya, seperti tamparan untuk masyarakat pada era tersebut.