DIANGKAT DARI SANDIWARA RADIO TERSUKSES 2007
DISIARKAN KE LEBIH DARI 100 RADIO DI SELURUH TANAH AIR
Sinopsis
"Baik. Sekarang lihat!" Endang Kusumadewi mendengus dan bersiap mengeluarkan jurus maut ilmu pukulan Pangracut Sukma.
"Tunggu Kusumadewi! Tunggu! Ini hanya latihan biasa!" teriak Mpu Janardana berusaha memperingatkan.
"Aku belum pernah mencoba ilmu pukulan ini."
"Dan sekarang kau akan melontarkannya padaku?"
"Paman takut?"
"Bukannya takut. Tapi latihan kita ini tidak perlu sampai sejauh itu."
Endang Kusumadewi kembali mendengus. "Aku tak perduli! Pokoknya aku ingin merasakan seperti apa hebatnya ilmu pukulan Pangracut Sukma. Awas paman. Tahan!"
***
Terlambat. Pukulan pamungkas itu menyambar dada Mpu Janardana hingga membuatnya terkapar tak sadarkan diri. Ini sebenarnya puncak kecemburuan Endang Kusumadewi karena Mpu Janardana tak menaruh hati kepadanya. Berharap lelaki itu memerhatikannya, tidak kepada Endang Puspitasari atau Woro Kembangsore.
Berlatar masa keruntuhan Majapahit dan terbitnya Kerajaan Islam Demak Bintoro, novel sejarah berbalut romantisme ini mengajak pembaca menikmati pesona kisah klasik nusantara. Sebuah karya megah S. Tidjab yang telah dinikmati jutaan telinga penikmat sandiwara radio ini akan segera memikat Anda.
Sinopsis Pelangi di Atas Gelagah Wangi
"Alur ceritanya runtut dan konflik-konfliknya sangat tajam."
--Ivonne Rose, Seniman
Membaca novel ini awalnya, terasa membosankan karena alurnya agak lambat dan terfokus pada Si Jomblo setengah tua pemilik dan pemimpin padepokan Antahpura Mpu Janardana, yang tinggal bersama sodara sepupu angkatnya Woro Kembangsore yang masih abegeh dan naksir. Tapi ada cewek abegeh yang naksir juga, Endang Kusumadewi anak perempuan dari sodara tua perguruan si jomblo, Resi Wiyasa. Udah deh, cerita bergerak lambat disini tapi masih cukup enak untuk dinikmati karena S. Tijab mampu mendramatisir cerita secara runut, dan mengalir lancar.
Dua gadis abegeh yang naksir si Jomblo ini akhirnya patah hati dan minggat meninggalkan rumah gegara si jomblo memutuskan menikah dengan Endang Puspitasari yang merupakan anak sulung Resi Wiyasa sekaligus kakak kandung Endang Kusumadewi. Woro Kembangsore memutuskan pergi meninggalkan padepokan Antahpura yang selama ini ditempati bersama si Jomblo yang membesarkan dan mengajarinya berbagai ilmu kanuragaan. Dalam perjalanannya pergi meninggalkan padepokan Antahpura untuk mencari ibunya, Woro Kembangsore memacu kudanya dengan kencang karena emosi ditinggal sodara sepupu yang ditaksirnya menikah dengan Endang Puspitasari. Kecepatan kudanya berlari dan emosinya yang meluap membuatnya menjadi tidak fokus yang menyebabkannya jatuh dari kuda terpelanting membentur batu. Kecelakaan ini menyebabkan Woro Kembangsore mengalami luka cukup parah dan pingsan yang akhirnya ditolong oleh seorang cowok ... Baca Selengkapnya
Saya sangat suka sekali dengan cerita - cerita zaman dahulu, dan buku ini sangat mengagumkan dan mampu membawa saya berkhayal dan membayangkan kehidupan nenek moyang kita di masa silam, buku ini sungguh mampu menerbangkan imajinasi saya sampai terpejam. Dari segi bahasanya sungguh apik dan tak ada kata lain deh, selain Amazing!!!
Membaca buku ini seakan2 saya berfantasi kedalam masa lalu yang sangat berbeda dengan metropolitan sekarang pada zaman bumi berpenghijau bebatuan hamparan rerumputan dan kehidupan manusia yang sederhana. dan pelajaran sejarah yang sebetulnya dulu kurang saya minati ketika menimba ilmu di bangku sekolah.
Sangat puas membelinya, dan semakin bangga dengan budaya nenek moyang, Indonesia!