Penulis
Yasraf Amir Piliang
Kategori
Buku
Seni & Budaya

Format
Soft Cover (4)

Bahasa
Indonesia (4)

Hasil: 1 - 4 dari 4
GRIDLIST
1.
Soft Cover, 2004
Stock tidak tersedia
Bayangkan bahwa dunia itu seperti selembar kertas. Bagai seorang ahli origami, lipat kertas itu menjadi dua, empat, delapan, enam belas, dan seterusnya .... sampai pada satu titik, kertas itu tidak bisa dilipat lagi, bagaimanapun dilakukan. Kertas itu tidak dapat dilipat lagi disebabkan ada batas kemampuan struktur kertas itu yang menahan perubahan dirinya. Pemaksaan berupa penekanan, pemadatan, pemampatan atau perusakan akan memungkinkan kertas dilipat lebih lanjut. Akan tetapi, ini berarti ...
2.
Soft Cover, 2004
Stock tidak tersedia
Buku ini mencoba menguraikan seluk-beluk semiotika kontemporer dalam perspektif cultural studies, yang ditulis dengan bahasa yang mengalir, dan menjelaskan setiap terminologi secara mudah namun kritis dengan menggunakan sistematika akademis yang ketat namun lincah, dan sangat berguna bagi siapa pun yang ingin belajar memahami dan mendalami semiotika dari seorang pakar semiotika terkemuka di Indonesia ...
3.
Soft Cover, 2004
Stock tidak tersedia
Apakah realitas itu? Pertanyaan tersebut memang sudah setua umur manusia. Adapun pada abad ke-21 ini telah berkembang pandangan yang menyimpulkan bahwa realitas itu tanpa bentuk, dan bahasa adalah cetakannya. Nah, apabila bahasa adalah cetakan realitas, apakah filsafat adalah alat untuk membedah dan mencari realitas yang sebenarnya? Inilah buku pertama di Indonesia, karya seorang penulis terkemuka, yang menguraikan secara komprehensif tentang posrealitas, yaitu dunia realitas yang bersifat ...
4.
Soft Cover, Agustus 2010
Stock tidak tersedia
Diawali dengan esai pembuka baru yang membahas Cyberspace dan Cybersemiotics, dan kemudian dilanjutkan dengan bahasan “Post-Teori dan Post-Realitas” sebagai semacam landasan teori untuk semua pembahasan, buku ini membagi pembahasannya ke dalam empat bagian besar. Pertama, Post-Sosial, mengupas kematian sosial, konsumerisme, peleburan realitas dan fantasi di media dan juga seni. Kedua, Post-Hororisme, yang membahas kejahatan yang kian “sempurna” lewat manipulasi teknologi hingga tak ...