Penulis
Andi Eriawan
Kategori
Buku
Fiksi
Chicklit (1)
Metropop (2)
Romantis (1)

Format
Soft Cover (3)

Bahasa
Indonesia (4)

Hasil: 1 - 4 dari 4
GRIDLIST
1.
Ruang Rindu
(Terinspirasi dari lirik lagu Letto)
oleh Andi Eriawan
Soft Cover, 2007
Stock tidak tersedia
Jika orang mengira aku sudah gila, mereka salah besar. Berbicara dengan seekor ayam justru telah berhasil mempertahankan kewarasanku. Ini bukan masalah sentimentil seperti orang yang berbicara dengan anjing peliharaan kesayangannya. Aku tidak sayang Oki, malah kadang muncul keinginan untuk menyembelihnya, mencabuti bulu-bulunya yang merah dan biru gelap. Hanya saja, cuma dia yang bisa aku ajak bicara ngalor-ngidul saat ini. Jika tidak ada Oki, mungkin sekarang aku masih bersembunyi di ...
2.
Always, Laila oleh Andi Eriawan (1)
Soft Cover, Mei 2013
Stock tidak tersedia
Gemuruh di hatiku mereda sendirinya, langit menjadi lebih cerah, dan udara tak lagi menyesakkan dada. Mungkin karena telah kutemukan definisi lain dari cinta. Makna tak lagi berasal dari pertemuan dan rasa rindu membuatku bahagia *** "Perempuan menulis dengan 'jiwa'. Laki-laki menulis dengan 'apa adanya'. Maka yang terjadi adalah cerita dari dua sisi yang dilihat dengan 'rasa'. (Anjar – Penulis Beraja) ...
3.
Always, Laila: Hanya Cinta Yang Bisa oleh Andi Eriawan (1)
2005
Stock tidak tersedia
Penulis ini mengukir bahasanya dengan cara yang berbeda dari penulis debutan lain. Hasilnya adalah sebuah karya yang puitis dan Idealis, setidaknya dari standar saya. Selamat Andi, atas debutnya. Perempuan menulis dengan jiwa. Laki-laki menulis dengan apa adanya. Maka yang terjadi adalah, cerita dari dua sisi yang dilihat dengan rasa. Karena jika dengan mata maka ada banyak sisi yang tak tertangkap. Novel yang membuat kita lebih sadar pentingnya untuk selalu berkata dan berbuat cinta kepada ...
4.
Love for Show oleh Andi Eriawan
Soft Cover, Juni 2007
Stock tidak tersedia
Ruski, kamu cinta aku?” Ika bertanya tiba-tiba dengan nada lirih dan pandangan yang tak mampu Ruski artikan. Seakan penuh harap, sedih atau cemas yang berlebih. Pelan, ia berjalan mundur, melepaskan topi wisudanya. “Sebuah pertanyaan yang sangat bodoh dari kamu. Tentu saja, untuk saat ini…iya,” jawab Ruski tanpa senyum. Entah kenapa, perempuan itu mulai terisak. “Seberapa besar?” Ruski yang semakin bingung, terus berjalan mundur. “Cukup besar untuk jadi jerawat kalau kamu ...