Apa rahasia Ahmad Fuadi menciptakan tokoh-tokoh dalam novel trilogi Negeri 5 Menara?
Bagaimana Eka Kurniawan mendesain karakter tokoh di novel Cantik Itu Luka?
Apa formula Gol A Gong ketika ia menghadirkan tokoh si Roy yang begitu mempesona di hati pembaca?
Temukan rahasia mereka di dalam buku ini.
Salah satu tantangan menjadi penulis adalah mampu menciptakan karakter tokoh yang berkesan dan “hidup” di hati para pembaca. Penulis-penulis hebat seperti Ahmad Fuadi, Gol A Gong, Eka Kurniawan, Donatus A. Nugroho, dan sederet penulis hebat lainnya; dengan senang hati membagikan rahasia mereka dalam menciptakan karakter tokoh dengan baik dalam buku ini.
Setiap penulis memiliki rahasia dalam menciptakan karakter tokoh. Ada yang mengalir dalam imajinasi mereka begitu saja; ada yang terinspirasi dari orang-orang di sekeliling; dan ada yang bahkan membutuhkan sebuah riset karakter tokoh.
Buku Rahasia Penulis Hebat Menciptakan Karakter Tokoh ini tentunya bermanfaat bagi kamu yang ingin mulai menulis atau berprofesi sebagai penulis.
Ahmad Fuadi (lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30 Desember 1972; umur 40 tahun) adalah novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan dari Indonesia. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009. Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan tahun yang sama juga masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award, sehingga PTS Litera, salah satu penerbit di negeri jiran Malaysia tertarik menerbitkan di negaranya dalam versi bahasa melayu. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23 Januari 2011. Fuadi mendirikan Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini Komunitas Menara punya sebuah sekolah anak usia dini yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School ...