Manusia modern yang hidupnya berorientasi pada kesenangan, kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan telah memberikan stempel bahwa sakit dan penderitaan adalah musuh. Ketika sakit dan menderita, mereka mencari solusi dan menggantungkan diri kepada pihak lain (dokter, psikolog, rohaniawan, dsb.), bukan mengandalkan kekuatan yang bersumber dari dalam diri sendiri. Barangkali kita lupa atau tidak mengetahui bahwa sakit dan penderitaan sejatinya merupakan sistem alarm atau pemberi informasi balik dan menjadi cermin diri bahwa kita masih lemah. Entah itu lemah dalam daya tahan fisik dan mental, cara berpikir, cara menilai, cara merasa, keyakinan, kebiasaan, dan karakter kita. Segala upaya untuk mematikan rasa sakit dan penderitaan begitu saja tanpa kita berusaha menggali makna di baliknya sama halnya dengan menyia-nyiakan sebuah pelajaran kehidupan. Seorang Guru Bijak mengatakan, “Setiap peristiwa menyakitkan mengandung benih pertumbuhan dan pembebasan.” Ada begitu banyak kesulitan dan penderitaan yang berada di luar kendali kita (misalnya bencana, penyakit, kehilangan, dsb), tetapi kita patut bersyukur bahwa para tokoh kehidupan telah mengajarkan bagaimana cara memenangkannya. Victor Frankl, psikiater yang lolos dari kamp konsentrasi Auschwitz, mengatakan, “Kemenangan hanya akan datang pada mereka yang tahu bagaimana cara menderita.” Bagaimana memenangkannya? Jawabannya adalah dengan membaca buku ini.