Inilah "catatan" tentang sosok Gus Dur dari dalam: potret pemikiran dan wawasan, aspirasi dan idealisme, dan segenap wujud pengungkapannya di dalam hidupnya yang tak datar: hidup penuh ombak, dan gelombang, yang telah membuat Gus Dur tampil dalam dua wajah yang sama menariknya. Satu, Gus Dur sebagai remaja "awal", yang baru tumbuh, yang kecewa oleh kematian ayahnya, yang menjadikannya Gus Dur si "luka hati" yang suka rebellious dan tak peduli menabrak batas-batas yang "wajar": sebuah "kenakalan" yang justru membuatnya istimewa. Dua, Gus Dur dewasa, yang bijak, pemberani, dan tulus melawan ketidakadilan.
Gus Dur dewasa masih "pemberontak" dan nakal, tetapi bagi para "pemuja"-nya, itu hanya menegaskan tanda keistimewaannya sebagai "wali". Mungkin kewalian itu tak penting bila kita hanya ingin menyebutnya pelindung dan pembebas dari segenap keterbelengguan. Demokrasi terbelenggu. Media terbungkam. Minoritas tertindas. Dia membebaskannya.
Inilah "kitab" tentang Gus Dur menurut Gus Dur, yang hadir di tengah begitu banyak buku tentang Gus Dur menurut para penulisnya sendiri. Sobary, penulis buku ini, membayangkan dirinya berjalan di belakang Gus Dur, dan mencatat apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diucapkan Gus Dur di kancah politik, agama, dan kebudayaan, dan bagaimana Gus Dur memelihara humor untuk menandai kearifan hidup. Sobary mewakili kita, untuk mewartakan, apa warisan kearifan yang patut kita teladankan di tengah kehampaan hidup di zaman ketika jambul dan sisiran rambut, cara senyum, dan kancing baju menjadi tanda kelebihan: yang tak lain dari lebih dalam kepalsuannya.
Lahir di Bantul, Yogyakarta 7 Agustus 1952. Mimpinya dulu adalah menjadi ahli agama; untuk itu ia ingin sekolah di PGA dan IAIN. Tapi nasib melemparkannya ke Sekolah Pekerjaan Sosial Atas, kemudian ke UI di Dep. Sosiologi. Sekarang ingin sekali masuk dunia pesantren.Intelektual muda keluaran Monash, Australia, ini amat tertarik pada kehidupan orang kevil. Itulah yang membuat dia pernah bekerja di Christian Children`s Fund tahun 1978-1979; dan sampai tahun 1993 bekerja pada Divisi Komunikasi Yayasan Indonesia Sejahtera, sebuah LSM di Jakarta.