Soft Cover, Februari 2024 | Rp. 75.000 | Rp. 60.000 (20% OFF) | |
Stock di Gudang Supplier
|
Soft Cover, Juli 2020 | Rp. 70.000 | Rp. 56.000 (20% OFF) | |
Stock di Gudang Supplier
|
Soft Cover, Oktober 2015 | Rp. 52.000 | Rp. 41.600 (20% OFF) | |
Stock di Gudang Supplier
|
Soft Cover, Februari 2015 | |||
Stock tidak tersedia
|
Soft Cover, September 2013 | |||
Stock tidak tersedia
|
Soft Cover, Januari 2013 | |||
Stock tidak tersedia
|
Soft Cover, September 2009 | |||
Stock tidak tersedia
|
Soft Cover, April 2009 | |||
Stock tidak tersedia
|
Soft Cover, Desember 2008 | |||
Stock tidak tersedia
|
Soft Cover, November 2007 | |||
Stock tidak tersedia
|
Soft Cover, 2007 | |||
Stock tidak tersedia
|
Soft Cover, 2007 | |||
Stock tidak tersedia
|
Setelah kemunculannya membawakan lagu Indonesia Raya—yang disebutnya sebagai lagu kebangsaan—pada Kongres Pemuda Kedua tahun 1928, hidup Wage Rudolf Supratman berubah. Agen-agen PID (Dinas Intelijen Kepolisian Hindia Belanda) terus mengawasinya. Upaya Supratman menyebarkan lagu itu pun selalu membentur dinding, mulai dari menyebarkan partitur lagu itu lewat surat kabar Sin Po, hingga merekamnya dalam piringan hitam. Surat kabarnya disita dan piringan hitamnya dimusnahkan.
Di tengah gejolak politik, kisah cinta Supratman dengan Mujenah juga tak mulus. Ia akhirnya menemukan sosok pengganti bernama Salamah. Sayangnya, keluarga Supratman tak merestui. Kisah cinta keduanya begitu menghanyutkan dan mengharu biru di tengah kehidupan mereka yang serba pas-pasan.
Sementara itu, Pemerintah Hindia Belanda tak henti menyebar kabar bohong. Lagu Indonesia Raya disebut sebagai lagu jiplakan. Tak pelak lagi, Supratman diburu. Ia meninggalkan Batavia, tapi agen-agen PID itu selalu mengikuti ke mana pun ia bersembunyi!
Endorsement:
“Roman tentang W.R. Supratman ini menjadi penting untuk siapa pun yang ingin melihat awal mula dan merawat Indonesia, semua berawal dari karya cipta berupa sebuah lagu.”
—Glenn Fredly, musisi, penggagas Voice of The East (VOTE)
“W.R. Supratman, sang pencipta lagu Indonesia Raya, seringkali hanya diingat semata-mata sebagai pencipta lagu. Padahal, proses menuju penciptaan lagu tersebut tidak mudah. Kebebasan ia pertaruhkan untuk mengekspresikan kecintaannya pada Indonesia melalui seni. Generasi muda harus membaca lagi tentang W.R. Supratman agar kita paham sejarah seorang musisi yang lagunya mengumandangkan nasionalisme di Indonesia hingga hari ini.”
—Tsamara Amany Alatas, aktifis perempuan, penulis buku Curhat Perempuan