Eliana, si sulung yang pemberani. Di bab pertama sudah ditunjukkan bagaimana keberanian Eli, demikian ia biasa di panggil, kala menerobos masuk ruang pertemuan, dan berteriak lantang “Jangan hina bapakku”. Kala itu sedang berlangsung pertemuan antara perwakilan kampung, pejabat kabupaten dan pengusaha tambang yang ingin menambang pasir di sungai kampung Eli. Secara tak sengaja, dari luar ruangan, dia mendengar kalau keluarganya “dilecehkan” oleh si pemilik tambang karena miskin.
Tulisan tentang keberanian Eli menerobos masuk dan berteriak lantang “Jangan hina bapakku” ini sukses membuat mata saya jadi berkaca-kaca. Entahlah, saya selalu saja mudah terharu kalau membaca kisah tentang kedekatan seorang anak perempuan dengan bapaknya.
Keberanian Eli juga ditunjukkan kala dia dan ketiga kawannya, yang menyebut diri mereka “empat buntal” nekad menerobos masuk ke area tambang pasir dan bermaksud melakukan perbuatan untuk menunjukkan pada pengelola tambang, bahwa penduduk kampung menentang keberadaan tambang itu.
Sebagai anak sulung yang memiliki tiga orang adik, tentu saja Eli dituntut oleh mamak untuk memberikan contoh yang baik bagi adik-adiknya. Bangun paling pagi dibanding ketiga adiknya, lalu sibuk di dapur membantu mamak menyiapkan sarapan. Membersihkan rumah, mencuci, mencari kayu bakar, membantu memasak dan tentu saja mengawasi ketiga adiknya, adalah pekerjaan yang sering dilakukan Eli. Walau begitu, tetap saja Eli sering kena
... Baca Selengkapnya
1 dari 1 orang berpendapat bahwa ini bermanfaat,
Apakah review ini bermanfaat bagi Anda?