Prof. Drs KR H. Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA, (1931–2022) adalah maestro seni lukis Indonesia yang punya riwayat begitu panjang. Dia lahir dari keluarga darah biru yang sangat berada. Namun, kehidupan amat nyaman itu ditinggalkan. Sejak usia 15 tahun, dia memilih ikut perang mempertahankan kemerdekaan, 1946–1949. Sejumlah medali kepahlawanan pun disematkan di dadanya oleh negara. Seusai perang, dia menjalani hidup sebagai seniman dan pengajar seni. Reputasinya mendapat penghargaan nasional dan internasional. Karyanya yang khas dan punya banyak tema sering menghadirkan peristiwa. Menarik, seniman luar biasa yang juga filantropis ini ketika wafat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, sebagai seorang tentara. Disusun oleh Agus Dermawan T, kritikus seni yang mengenal dekat Srihadi sejak 1980, buku ini mengungkap riwayat sang maestro sejak masa kecil sampai wafatnya. Diceritakan dalam mozaik, pembaca bisa menilik gelora kisah dari kepingan hidup yang mana saja. “Dalam karya-karya Srihadi, dialektika mikrokosmos dan makrokosmos paling kuat diekspresikan dalam peran warna. Tidak dapat diingkari, penguasaannya atas warna membuat Srihadi jadi seorang empu yang sangat sulit dicari tandingannya.” —Dr Jean Couteau, pengamat kebudayaan.
Kritikus seni rupa kelahiran Rogojampi (Jawa Timur), 29 April 1952 ini menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia "Asri" Yogyakarta. Menulis sejak 1974 dan lebih dari 1000 judul tulisannya telah dipublikasikan di Kompas, sinar Harapan, Suara Pembangunan, Media Indonesia, Tempo, Gatra, Femina, Editor, Horison, Republika dna sebagainya. Belasan buku monografinya telah terbit, di antaranya tentang pelukis Widajat, Basoeki Abdullah, Dullah, Dede Eri, Supria, Hendra Gunawan, Nyoman Gunarsa, Arie Smit, Krijono, Koempoel. Sebagai penggemar wisata ia kerap melakukan pinik seni rupa ke berbagai negara.