Kita nggak akan pernah tahu selesai sekolah bakal bekerja di mana. Walau cita-cita sudah ditembak jauh setinggi langit, tetap saja nasibnya ada di kantor-kantor yang memutuskan setinggi apa langit yang bisa dibidik. Terus, siapa sangka begitu diterima kerja, malah sekantor sama saudara tiri?
Seperti Jay & Wilow. Satu bokap, beda nyokap, tapi senasib: terpaksa kerja di tabloid politik! Padahal, Jay & Wilow anak seni rupa. Jangan-jangan ini kerjaan Papi.
Jay yang biasanya nongkrong cari wangsit buat bikin patung, sekarang harus nongkrong seharian di tangga gedung KPK. Wilow yang biasanya mengisi waktu dengan melukis, sekarang terpaksa celingak-celinguk liputan di kedutaan.
Cobaan tidak berhenti di situ. Ada bule naksir Wilow, ada atasan yang diktator, ada staf yang supermaniak sama SM*SH dan Cherrybelle. Parah!
Syahmedi Dean, seorang jurnalis bidang lifestyle, lahir di Medan tahun 1969, dan menamatkan kuliah S1 Jurusan Desain Komunikasi Visual di Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 1995. Pengalaman jurnalistik pertamanya dialami tahun 1995 di harian The Examiner Newspaper untuk bidang kriminal, di kota kecil Launceston di Pulau Tasmania, Australia. Kemudian berturut-turut menjadi redaktur di Femina, Cosmopolitan Indonesia, Harpers Bazaar Indonesia, dan Dewi.Pernah menjadi penyiar di radio Unisi FM Yogyakarta dan magang sebagai staf produksi di Radio ABC juga di Launceston, Australia. Tahun 1995 mewakili Provinsi DI Yogyakarta untuk Australia-Indonesia Youth Exchange Programme. Sejak tahun 2001 sampai 2003 menjadi koordinator reportase spring/summer fashion week di Milan, Paris dan London untuk Femina Group. Sekarang Syahmedi Dean tinggal di Jakarta, menulis sequel kedua L.S.D.L.F