Ketersediaan | : | Stock tidak tersedia |
Format | : | Soft Cover |
ISBN | : | 979229774X |
ISBN13 | : | 9789792297744 |
Tanggal Terbit | : | 29 Juli 2013 |
Bahasa | : | Indonesia |
Penerbit | : | Gramedia Pustaka Utama |
Petualangan empat wartawan lifestyle selalu tak terduga, berlari di jalur-jalur underground Metro di Paris, terhanyut dalam dilema kesetiaan di lantai dua bus merah di London, terpelintir antara memori dan kenyataan di gedung-gedung tua di Milan, teraduk gelombang fashion dunia di show Christian Dior, Chanel, Fendi, Max Mara, Prada, dan Paul Smith. Padahal kaki mereka terikat di Jakarta. Mereka adalah:
Alif:
Siapa saya ini? Seorang tamak cinta yang mendambakan freedom, dua sisi yang bertolak belakang. Yang pertama butuh komitmen dan perasaan, yang kedua butuh keberanian dan ketidakpedulian. God. Bagaimana harus menggabungkan keduanya? Saya tak mau hanya salah satu.
Raisa:
Elu bikin gue sangat kecanduan, pingin terus-terusan ketemu. Gue pikir, friends become lovers? Why not? I’m good enough for him, he`s always nice to me, what`s more? I will move first… ladies first.
Didi:
Gue juga maunya hanya french kiss, dia juga gitu. “Hari begene kok sesama lelaki pacaran, too old fashioned,” katanya begitu. Lagi pula kalau dipikir-pikir, sesama lelaki pacaran, life goal-nya apa?
Nisa:
Sandwich? Hah. Selain roti, sandwich adalah semacam istilah untuk satu sex activity yang melibatkan tiga orang, dua sebagai roti, satu sebagai daging atau selada untuk yang vegetarian. Pasti ada yang tidak benar dari kode gerak bibir Gavin ke Oliver. Pasti mereka punya hidden agenda.