Mungkinkah Nania jatuh cinta pada impian yang ia ciptakan sendiri? Mungkin. Nania hidup dalam kesepian panjang, di antara Papa, bintang televisi yang sangat tenar, dan Mama, ibu yang hancur karena ketenaran suami. Nania mencari cinta dalam puisi-puisi yang ia tulis, sampai ia jatuh cinta pada sosok yang ia ciptakan, seorang Pangeran Kertas yang berhati putih, yang bisa menerima keluh kesah apa pun dari Nania, yang di dadanya Nania bisa menumpahkan tinta kata-kata. Apa yang terjadi ketika Pangeran Kertas menjadi kenyataan? Mereka berdua beradu kata-kata indah di bawah rembulan, beradu tatapan mata bertukar cinta.
Bagaimana jika pangeran impian berhadapan dengan pangeran lain yang lebih nyata? Mana yang harus dimenangkan, impian atau kenyataan? Nania semakin digempur oleh dua pilihan, sangat membingungkan. Salah satunya selalu menyembuhkan ketika yang lain menyakitkan. Mana yang menyakitkan, impian atau kenyataan? Puisi-puisi Nania semakin mengalir ke hamparan kertas.
Nania berdiri di depan megahnya Taj Mahal, monumen cinta paling abadi di muka bumi, merasakan betapa beruntungnya dihujani cinta dan kasih sayang. Nania pun terseret ke Yogyakarta, tempat benteng-benteng tua yang bertahan melalui dera kenangan masa lalu. Mencintai dan dicintai. Impian dan kenyataan. Pilihan yang sulit namun tetap harus diambil, lalu suatu hari nanti pilihan tersebut akan menjadi kenangan berair mata.
Syahmedi Dean, seorang jurnalis bidang lifestyle, lahir di Medan tahun 1969, dan menamatkan kuliah S1 Jurusan Desain Komunikasi Visual di Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 1995. Pengalaman jurnalistik pertamanya dialami tahun 1995 di harian The Examiner Newspaper untuk bidang kriminal, di kota kecil Launceston di Pulau Tasmania, Australia. Kemudian berturut-turut menjadi redaktur di Femina, Cosmopolitan Indonesia, Harpers Bazaar Indonesia, dan Dewi.Pernah menjadi penyiar di radio Unisi FM Yogyakarta dan magang sebagai staf produksi di Radio ABC juga di Launceston, Australia. Tahun 1995 mewakili Provinsi DI Yogyakarta untuk Australia-Indonesia Youth Exchange Programme. Sejak tahun 2001 sampai 2003 menjadi koordinator reportase spring/summer fashion week di Milan, Paris dan London untuk Femina Group. Sekarang Syahmedi Dean tinggal di Jakarta, menulis sequel kedua L.S.D.L.F