Di tahun 2006 ini Pramoedya Ananta Toer meninggal dan kita mewarisi sebuah ikon dan sejumlah karya. Yang belum banyak diingat, ia juga meninggalkan sebuah gagasan tentang sastra yang sebenarnya kontroversial. Realisme Sosialis.Apakah Realisme Sosialis itu? Realisme Sosialis merupakan teori seni yang mendasarkan pada kontemplasi dialektik antara seniman dengan lingkungan sosialnya. Seniman ditempatkan tidak terpisah dari lingkungan tempat-nya berada.Buku Pramoedya Ananta Toer & Sastra Realisme Sosialis ditulis Eka Kurniawan dengan menampilkan lintasan sejarah ide realisme sosialis dalam polemik yang berlangsung di Uni Soviet tahun 1920-an sampai 1930-an, menjelang dan sesudah ia dirumuskan.Disinggung pula bagaimana realisme sosialis diterima di RRC di bawah Mao Zhe-dong. Juga tercakup pandangan teoritikus Marxis terkenal, Georg Lukcs, dan salah satu pendiri Partai Komunis, Leon Trotsky, yang bertentangan dengan realisme sosialis-nya Stalin satu hal yang tak diperbincangkan Pramoedya. Artinya, buku ini adalah pelengkap risalah yang disusun Pramoedya, yang hampir sepenuhnya mengikuti garis rumusan Zhdanov, pejabat tinggi Partai, besan, dan juru sensor Stalin.Buku ini dilengkapi dengan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan Realisme Sosialis, seperti Surat Kepercayaan Gelanggang, Mukaddimah LEKRA, dan Manifes Kebudayaan. Tidak hanya dengan simpati, dalam buku ini Eka memandang Realisme Sosialis dengan sangat kritis. ***Buku Eka Kurniawan ini sebuah introduksi yang amat baik bagi mereka yang ingin menelaah karya Pramoedya dalam hubungannya dengan doktrin Realisme Sosialis.--Goenawan Mohamad, budayawan
Eka Kurniawan lahir di sebuah desa, dua jam dari Tasikmalaya, 28 November 1975 dan tinggal di sana dengan keempat kakek-neneknya. Desa itulah yang menjadi pijakan awal O Anjing. Beberapa bahan lainnya diperoleh dari tempat lain: ia mengikuti orangtuanya tinggal di perkebunan karet di Cilacap, sebelum mereka pindah lagi ke kota kecil Pangandaran.Di kota itulah, tepatnya ketika masuk SMPN 1 Pangandaran, keinginan untuk menulis pertama kali muncul. Barangkali didorong oleh perkenalannya dengan buku bacaan yang disewakan oleh taman bacaan yang berkeliling dengan sepeda. Puisi pertamanya muncul di majalah anak-anak Sahabat. Ia juga menulis cerpen-cerpen lucu untuk dibaca teman-temannya. Sekolahnya dilanjutkan ke SMAN 1 Tasikmalaya dan tinggal bersama bibinya. Di sana ia lebih banyak di perpustakaan sekolah, menulis di rumah (ayahnya menghadiahinya mesin tik portable karena berhasil meraih lima besar lulusan terbaik) hingga kemudian ia merasa bosan. Ia memulai perjalanan selama berminggu-minggu melintasi kota-kota hingga Jakarta, kemudian berbelok ke timur melewati Cirebon, Tegal, dan Purwokerto. Ketika ia kembali, sekolah telah mengeluarkannya. Ia kembali ke Pangandaran dan masuk SMA PGRI, satu-satunya sekolah yang mau menerimanya tanpa harus mengulang kelas. Selama empat semester ia berhasil mempertahankan ranking pertama tanpa kehilangan kegemarannya untuk membolos; ia suka menjelajahi daerah-daerah sekitar. Tempat favoritnya adalah rawa-rawa Segara Anakan (tempat ...