AKU TAK PERCAYA BAPAK-BAPAK
ANGGOTA DEWAN,
AKU LEBIH PERCAYA KEPADA
DINDING TOILET
Merupakan kisah tentang berbagai macam reaksi mahasiswa terhadap situasi pemerintahan yang terekam di toilet, mengingat kebebasan berpendapat menjadi sangat mahal ditengah gemuruh politik yang sedang terjadi pada saat itu, sehingga dinding toilet pun dijadikan media menyalurkan aspirasi yang tertahan.
Tulisan yang dirangkum dalam kumpulan cerpen bergaya sarkas, dan satir sosial dilahirkan dari kumpulan cerita yang disajikan apik oleh Eka Kurniawan yang juga telah menulis “Cantik itu Luka”.
Dongeng Sebelum Bercinta dan Tertangkapnya si Bandit Kecil Pencuri Roti adalah dua dari beberapa cerpen yang ada didalam buku ini. Dengan mengangkat isu seperti isu sosial, politik, hal harian, masalah hidup, kriminal dan utamanya cinta. Dituturkan dengan gaya komikal, terutama dalam segi adegan, membuatnya menjadi bacaan yang ringan untuk dibaca.
Eka Kurniawan lahir di sebuah desa, dua jam dari Tasikmalaya, 28 November 1975 dan tinggal di sana dengan keempat kakek-neneknya. Desa itulah yang menjadi pijakan awal O Anjing. Beberapa bahan lainnya diperoleh dari tempat lain: ia mengikuti orangtuanya tinggal di perkebunan karet di Cilacap, sebelum mereka pindah lagi ke kota kecil Pangandaran.Di kota itulah, tepatnya ketika masuk SMPN 1 Pangandaran, keinginan untuk menulis pertama kali muncul. Barangkali didorong oleh perkenalannya dengan buku bacaan yang disewakan oleh taman bacaan yang berkeliling dengan sepeda. Puisi pertamanya muncul di majalah anak-anak Sahabat. Ia juga menulis cerpen-cerpen lucu untuk dibaca teman-temannya. Sekolahnya dilanjutkan ke SMAN 1 Tasikmalaya dan tinggal bersama bibinya. Di sana ia lebih banyak di perpustakaan sekolah, menulis di rumah (ayahnya menghadiahinya mesin tik portable karena berhasil meraih lima besar lulusan terbaik) hingga kemudian ia merasa bosan. Ia memulai perjalanan selama berminggu-minggu melintasi kota-kota hingga Jakarta, kemudian berbelok ke timur melewati Cirebon, Tegal, dan Purwokerto. Ketika ia kembali, sekolah telah mengeluarkannya. Ia kembali ke Pangandaran dan masuk SMA PGRI, satu-satunya sekolah yang mau menerimanya tanpa harus mengulang kelas. Selama empat semester ia berhasil mempertahankan ranking pertama tanpa kehilangan kegemarannya untuk membolos; ia suka menjelajahi daerah-daerah sekitar. Tempat favoritnya adalah rawa-rawa Segara Anakan (tempat ...