"Hai, Cina," sapa Rio sambil tersenyum mesra."Hai, Batak,: sahut Nina, gemetar menahan gejolak emosi yang hampir meruntuhkan air matanya.Mereka berasal dari dua kultur yang berbeda. Tetapi dilahirkan di bumi yang sama. Dibesarkan di tanah air yang satu.Dua puluh tujuh tahun Rio dan Nina menjalin cinta, menantang berbagai kendala yang merintangi cinta mereka.Ketika kecil, guru memisahkan mereka karena cinta yang dianggap lahir prematur.Pada masa remaja, pertikaian bisnis dan kekolotan orangtua menghambat hubungan mereka yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan keluarga.Setelah dewasa, lingkungan melecehkan perselingkuhan mereka. Akhirnya, bahkan maut ikut membayang-bayangi dalam dua kali percobaan pembunuhan yang misterius."Penjara mungkin tidak bisa menjamahmu. Tapi kau tidak bisa lari dari hukuman!"Bersalahkah mereka? Akan padamkah cinta dalam kebekuan di balik terali?BUKAN CINTA SESAAT, buku kelima puluh Mira W. setelah dua puluh tahun berkecimpung dalam dunia tulis-menulis.
Mira W lahir dan dibesarkan di Jakarta, menempuh dan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakt, Jakarta. Sekarang bertugas di Universitas Prof.Dr.Moestopo sebagai staf pengajar merangkap dokter di Klinik Karyawan dan Mahasiswa. Mulai menulis cerpen di majalah-majalah ibukota seperti Femina, Kartini, Dewi, dan lain-lain sejak tahun 1975, dengan nama M.Wijaya. Cerpennya yang pertama berjudul Benteng Kasih, dimuat dalam majalah Femina tahun 1975. Menulis novel sejak tahun 1977, mula-mula dimuat sebagai cerber di majalah Dewi dengan judul Dokter Nona Friska, kemudian dibukukan dengan judul Kemilau Kemuning Senja dan pernah difilmkan dengan judul yang sama. Novelnya yang kedua berjudul Sepolos Cinta Dini, pernah dimuat sebagai cerber di harian Kompas tahun 1978, kemudian dibukukan oleh Gramedia. Istimewanya, hampir semua novelnya sudah difilmkan dan disinetronkan.