Miss B series karya Fira Basuki hadir kembali dengan cerita yang lebih segar dan kekinian. Berlatar belakang situasi dunia terutama Indonesia terkini, yaitu pandemi Covid-19, membuat cerita ini sangat relateable dengan kehidupan pembaca. Fira mengemas adegan demi adegan terasa nyata dan tak jauh dari fakta yang terjadi. Miss B series terbaru mampu menggambarkan beragam situasi yang dialami oleh masyarakat Indonesia. Tak ketinggalan bahan utama cerita yang mengusung romansa nan apik dengan segala intriknya, menjadikan karya Fira Basuki ini semakin menghibur dan menyenangkan untuk dibaca.
Blurb/ sinopsis sampul belakang:
Ketika aku buka pintu, aku melihat ada sebuah amplop putih. Oh, rupanya ada surat. Aku membungkuk dan mengambil amplop itu. Untuk aku. Di situ tertera: “Untuk Beauty”. Tidak tertulis siapa pengirimnya, tapi tidak tertutup rapat. Jadi aku buru-buru membuka.
Kartu yang dibuat sendiri dan kertas daur ulang berwarna krem. Depannya adalah gambar goresan abstrak hitam putih yang terasa kelam. Hm.... Seperti coretan sebuah lorong hitam. Aku buka dan tertulis di situ dengan tulisan tangan:
Aku tidak percaya kamu tidak memilih aku.
Padahal aku tadinya menyangka terang di ujung lorong itu.
Ternyata aku terjebak dan tersekap oleh pikiranku.
Dan aku adalah manusia yang tak bisa keluar dari situ.
Ibu dari seorang putri yang bernama Syaza Calibria Galang ini pernah bekerja di majalah Dewi dan menjadi kontributor di beberapa media asing, seperti Sunflower, Collegio, dan Morning Sun. Selain itu, alumnus dari Communication Public Relation di Pittsburg State University dan Wichita State University ini juga pernah menjadi pembawa acara pada CAP-3 TV, Pittsburg, Kansas, dan produser paruh waktu di Radio Singapore International. Pada saat ini Fira Basuki menjadi executive contributor di Harper's Bazaar Indonesia (MRA Media).
Peran sertanya dalam dunia sastra sudah terasah pada saat ia menempuh pendidikan di bangku sekolah. Pada saat di sekolah menengah umum ia sudah menjuarai lomba menulis yang diselenggarakan oleh majalah-majalah, seperti Tempo dan Gadis. Sejak tahun 2001 Fira Basuki mulai aktif menulis novel. Novel pertamanya berjudul Jendela-jendela mengisahkan kehidupan pasangan suami istri dan permasalahan-permasalahan yang muncul didalam rumah-tangganya. Dengan suksesnya novel pertama tersebut, Fira kemudian menulis lanjutan kisah novel Jendela-Jendela dengan meluncurkan novel Pintu yang diterbitkan pada tahun 2002 dan Novel Atap yang diterbitkan pada tahun 2003. Selain itu, novel Biru dan rojak muncul dan menambah koleksi karya sastra yang dihasilkannya. Hampir semua novel-novel yang dihasilkannya mengambil latar tempat di Amerika, Singapura, dan Indonesia karena ia sudah pernah menetap di Negara-negara tersebut sehingga ia ...