"Dengan bekal kebodohan ini izinkan aku merindukan-Mu"
***
Bekal Prie GS berhaji bukanlah ilmu maupun harta, melainkan rindu. Ya, dia rindu dengan Rumah Allah (Baitullah) yang sekian lama dipendamnya. Dia mencari kesempatan kapan bisa menuntaskan rindunya itu. Tak dinyana, kesempatan itu datang tiba-tiba. Tempat ia bekerja telah membiayai keberangkatannya.
Di tanah suci ia mengalami banyak hal yang tak terduga. Pelbagai kejutan pun kerap kali dia jumpai. Beberapa peristiwa "aneh" yang dia alami membuatnya termenung: mungkinkan ini adalah akumulasi hidupnya semenjak kanak-kanak? Apakah itu sebuah berkah atau musibah?
Buku ini basah dengan kisah yang membuat kita tertawa, sedih, dan bahagia. Tulisan ringan, bersahaja, dan lucu.
dan budaya untuk akhirnya menjadi pemimpin redaksi untuk sebuah tabloid keluarga, pekerjaan yang amat disukainya.
Ia rajin menulis kolom dan mengamati kebudayaan, sebuah kegiatan yang akhirnya memberinya sebutan budayawan. Ia adalah penutur “Belajar dari Kisah” di Indosiar. Sejumlah naskah teater pun telah ditulisnya. Esai dan kolom mengalir deras dari tangannya. Esai yang kemudian menjadi berbagai buku di antaranya Nama Tuhan di Sebuah Kuis, Merenung Sampai Mati, dan The Great Spirit. Tulisan-tulisannya selalu ditunggu karena mencerahkan dan humor-humornya yang segar. Ia juga melahirkan sebuah novel motivasi pertama di Indonesia yang mendapat sambutan luas terutama kalangan keluarga dan anak-anak muda berjudul Ipung.
Di jaringan radio Indonesia Smart FM, Prie GS membacakan refleksi-refleksinya. Akhirnya sebagai pembicara publik yang membuktikan bakat besarnya yang unik dan otentik. Kini Prie GS tengah berada dalam deretan pembicara publik di Indonesia. Ia banyak memberi inspirasi, renungan, dan kegembiraan dari sudut pandang kebudayaan dengan cara serba tak terduga, segar, dan dalam.