Ketika ia mendengar Norwegian Wood karya Beatles, Toru Watanabe terkenang akan Naoko, gadis cinta pertamanya, yang kebetulan juga kekasih mendiang sahabat karibnya, Kizuki. Serta-merta ia merasa terlempar ke masa-masa kuliah di Tokyo, hampir 20 tahun silam, terhanyut dalam dunia pertemanan yang serba pelik, seks bebas, nafsu-nafsi, dan rasa hampa—hingga ke masa seorang gadis badung, Midori, memasuki kehidupannya, sehingga ia harus memilih antara masa depan dan masa silam.
Haruki Murakami lahir di Kyoto pada 1949 dan besar di Kobe. Pada usia 18 tahun, ia masuk Universitas Waseda jurusan seni drama Yunani, namun daripada berkuliah ia lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca naskah film di perpustakaan. Setelah novel pertamanya Kaze no Uta o Kike (Hear the Wind Sing) terbit dan memperoleh penghargaan Gunzo Prize (1979) untuk kategori penulis baru, pada 1981, Murakami menjual kafe jazz miliknya dan memutuskan hidup dari menulis.
Pada 1991, setelah menelurkan Norwegian Wood, novelnya yang keempat, ia hijrah ke Amerika dan menjadi peneliti di Universitas Princeton. Di universitas ini pula di ia dicalonkan menjadi Lektor Kepala. Pada 1993. Ia mengajar di Universitas William Howard Taft, sebelum kembali ke Tokyo dua tahun kemudian. Hingga kini ia telah menghasilkan lebih daripada 30 karya fiksi maupun nonfiksi, dan menerima penghargaan, antara lain Norma Literary Award, Tanizaki Prize, dan Yomiuri Literary Award.
Murakami benar2 jenius. Karakter Watanabe dituliskan dengan baik sehingga terasa sangat dekat, sangat familiar, sangat nyata. Sebagian besar tulisan didominasi dengan kehidupan bebas remaja 19 tahun (merokok, minum, berkencan, berhubungan badan), tapi cerita yang ditawarkan benar2 bagus dan berbeda. Aku bahkan tidak bisa menebak sama sekali ke mana cerita ini akan berujung dan menikmati setiap kalimatnya seperti air yang melepas dahaga.