Banyak manusia yang keliru memaknai hidupnya, tapi lebih banyak lagi yang menjalaninya tanpa makna.
Italia. Inilah negara keempat yang dikunjunginya. Awalnya, tugas liputan kehidupan kaum Muslim di beberapa negara di Eropa ini diterimanya untuk rehat sejenak dari kenyataan pahit yang sulit dihadapinya. Namun, di depan Fontana di Trevi pun. Diva masih berusaha mengumpulkan kembali serpihan hatinya yang sempat terburai karena cinta. Scappa per Amore—lari karena cinta, istilah dalam bahasa Italia ini tepat sekali menggambarkan perjalanannya.
Namun, tak seperti manusia, Tuhan tak pernah meninggalkan mereka yang mencintainya. Justru di negara-negara tempat Islam menjadi minoritas itulah Diva bertemu para pejuang kehidupan yang memberinya banyak pelajaran berharga. Hakima yang rela diusir demi mempertahankan kepercayaannya. Karima dan Elise yang rela mengorbankan berbagai prestasi demi selembar hijab, teman-teman baru yang membukakan matanya dan mengenalkannya pada sisi unik Islam di Eropa, sampai Vivi, sahabat lamanya yang memberikan kejutan tak terkira.
Namun, di tengah perjalanan, sebuah panggilan rindu dari mamanya di Jakarta membuatnya gamang. Hatinya cemas. Dia takut mamanya tak sekadar kangen. Diva pun harus memilih di antara tanggung jawabnya pada keluarga atau pekerjaan.