Mengapa harus kata jatuh yang berada di depan kata cinta?
Apakah cinta memang selalu identik dengan musibah dan malapetaka?
Mengapa harus kata mati yang berada di belakang kata cinta?
Apakah cinta memang selalu menghadirkan segumpal lara dan setetes air mata?
Sejumlah kisah, sejumlah peristiwa, lahir dan tumbuh bersama cinta.
Tak jarang terdapat luka di setiap akhir cerita, ya, luka yang teramat pedih.
Luka yang berakhir dengan tangisan pilu dan kesedihan abadi.
Atas dasar itulah buku ini hadir. Di persembahkan untuk semua muslimah yang sedang bersentuhan dengan kesedihan dan cinta.
Selalu ada jalan terbentang, selalu ada kemungkinan untuk menang.
Jangan terlalu larut dalam kesedihan, Muslimah.
La Tahzan .....
Asma Nadia adalah nama pena Asmarani Rosalba yang lahir di Jakarta tahun 1972 dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susianti. Setelah lulus dari SMU 1 Budi Utomo, Jakarta, ia mulai aktif mengirimkan tulisannya ke majalah-majalah Islam, selain tetap aktif menulis lagu yang sebagian bisa ditemukan di album Bestari I (1996), Bestari II (1997 ), dan Bestari III (2003), Snada The Presentation, Air Mata Bosnia (Snada), Cinta Ilahi (Snada), dan Kaca Diri.Kini ibu dari dua orang anak: Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus ini adalah Ketua Yayasan Lingkar Pena, manager Lingkar Pena Publishing House, dan Ketua I Forum Lingkar Pena