Meski tidak bahagia hidup bersama suaminya, Dini tetap melakukan tugas-tugasnya sebagai istri diplomat dan ibu bagi Lintang, putrinya yang berusia balita. Hubungan dengan lelaki pilihannya semakin hambar, kering, dan kadang memuncak menjadi letupan-letupan pertengkaran yang panas.Sesekali Dini menemukan kedamaian dan keseimbangan hidup di La Barka, sebuah rumah pertanian di Prancis Selatan yang dikelilingi kebun zaitun dan almon serta dilatarbelakangi hutan cemara yang sejuk. Sampai suatu hari dia mendapati dirinya hamil lagi...Empat tahun berpuasa dan meneguhkan diri menghindari percampuran ragawi, pada suatu malam dia tak kuasa menolak paksaan suaminya sendiri.Batinnya memberontak, menolak kehamilan itu. Mengapa itu disebut bercinta jika nyatanya tak lagi didasari cinta? Tapi aku terus melangkah ke depan dengan kepala tegak. Lintang tetap berada di gandengan tanganku, kemudian ditambah Padang. Mereka berdua menjadi motor dan alasan semua gerakanku.
Nh Dini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pramugari Darat GIA Jakarta (1956), dan terakhir mengikuti kursus B-1 Jurusan Sejarah (1957). Nh.Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen-cerpennya mulai dimuat di majalah Kisah, Mimbar Indonesia, dan Siasat. Selain menulis cerpen, Dini juga menulis sajak dan sandiwara radio, serta novel. Berbagai penghargaan telah diterimanya, antara lain pemenang Lomba Penulisan Naskah Skenario untuk sandiwara radio se-Jawa Tengah (1955), mendapat hadiah pertama untuk Lomba Penulisan Cerita Pendek dalam Bahasa Prancis se-Indonesia untuk cerpennya Sarang Ikan di Teluk Jakarta (1988). Pada tahun 1989 ia mendapat Hadiah Seni dari Kementerian PdanK untuk bidang Sastra. Pada tahun 1991 Dini kembali memperoleh Piagam Penghargaan Upapradana dari Pemda TK I Jawa Tengah. Selain terus berkarya, Dini juga sibuk menerima undangan-undangan ceramah mengenai sastra dan budaya di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga mengelola sebuah taman bacaan untuk remaja dan anak-anak di Semarang, yang kegiatannya mencakup latihan Bahasa Indonesia dan diskusi.