Zaman berubah. Belanda diusir dari Nusantara. Bangsa Jepang yang semula dianggap sebagai pemenang dan penyelamat, segera tampak kebengisannya: rakyat lapar dan telanjang. Penyakit busung lapar dan bahan karung atau tenunan jerami yang dinamakan bagor merupakan penutup tubuh yang umum di desa dan pinggiran kota.
Dalam suasana kemiskinan yang menyeluruh itu, Dini kecil tetap tumbuh, direngkuh oleh kearifan kedua orangtuanya, dipedulikan dua kakak perempuan yang bertindak sebagai pengasuhnya, dibingungkan oleh kedinamisan yang bercampur bibit-bibit keegoisan pria remaja dua kakak lelakinya, kemudian ditambah kehadiran dua adik sepupu perempuan yang untuk waktu lama akan menjadi sahabat-sahabatnya.
Persengketaan antara para pemuda yang tergabung dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA) dengan pengajarnya, ialah militer Jepang, meletus menjadi serangan bersenjata. Kekacauan itu di kota Semarang menjadi bagian sejarah Tanah Air yang dinamakan Pertempuran Lima Hari.
Periode ini meneruskan perkembangan kepekaan Dini, baik dalam menanggapi sifat-sifat manusia di lingkungannya, maupun arahan pendidikan kemanusiaan dan kebudayaan dari orangtuanya.
Pada ilalang di belakang rumah keluarga merupakan dunia lain bagi dirinya, karena dia melintasi pagar kebun untuk memasuki bagian alam yang lebih "berbahaya". Namun dia melakukannya demi menangkap belalang untuk binatang kesayangan....
Kisah ini adalah lanjutan dari Sebuah Lorong di Kotaku, buku pertama dari buku-buku seri Cerita Kenangan yang menceritakan perjalanan hidup Nh. Dini.
Nh Dini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pramugari Darat GIA Jakarta (1956), dan terakhir mengikuti kursus B-1 Jurusan Sejarah (1957). Nh.Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen-cerpennya mulai dimuat di majalah Kisah, Mimbar Indonesia, dan Siasat. Selain menulis cerpen, Dini juga menulis sajak dan sandiwara radio, serta novel. Berbagai penghargaan telah diterimanya, antara lain pemenang Lomba Penulisan Naskah Skenario untuk sandiwara radio se-Jawa Tengah (1955), mendapat hadiah pertama untuk Lomba Penulisan Cerita Pendek dalam Bahasa Prancis se-Indonesia untuk cerpennya Sarang Ikan di Teluk Jakarta (1988). Pada tahun 1989 ia mendapat Hadiah Seni dari Kementerian PdanK untuk bidang Sastra. Pada tahun 1991 Dini kembali memperoleh Piagam Penghargaan Upapradana dari Pemda TK I Jawa Tengah. Selain terus berkarya, Dini juga sibuk menerima undangan-undangan ceramah mengenai sastra dan budaya di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga mengelola sebuah taman bacaan untuk remaja dan anak-anak di Semarang, yang kegiatannya mencakup latihan Bahasa Indonesia dan diskusi.