"Tuhan Yesus... sakit... sakit sekali..."
Suara Lin, gadis kecil, seperti menggigil. Pengambilan cairan di sumsum tulang belakang, memang tak tertahankan. Itu yang harus dijalani, dan bukan hanya satu kali. Eca, ibunya, yang membawanya dalam doa di gereja tua, di mana ada patung Bunda Maria, malah diberitakan memuja berhala. Doa rutin tak mempunyai getar dalam batin. "Kita sudah berdoa beberapa kali, Tuhan Yesus pastilah sudah mendengar." Dan belum juga ada jalan keluar, belum ada pemberi donor darah jenis rhesus negatif. Kokro, ayah Lin, masih ingin mempunyai kepercayaan seperti istrinya, namun juga merasa kering dan gelap. Ia dan adiknya pernah mengalami kepedihan yang mematikan, tapi kini merasa gamang.
Segala upaya kemanusiaan, juga segala doa, berlomba dengan usia Lin yang diramalkan secara medis hanya bertahan beberapa bulan. Keinginan Lin terakhir adalah bisa merayakan Natal---sebelum waktunya, karena usianya tak mencapai bulan Desember---dengan turunnya salju. Sesuatu yang sama mustahilnya, karena di desa itu yang turun adalah hujan, dan tak ada gua atau pesta.
Apakah salah Lin menghendaki ada salju, karena itu kisah yang didengar selama ini? Apakah lebih menyakitkan ketika ada pendonor yang di saat menentukan juga memerlukan donor? Apakah jawaban mauuu Lin berarti ketulusan, juga kepasrahan, bentuk lain doa?
Berbagai pertanyaan, tak perlu jawaban pasti, ketika hati masih bisa bernyanyi bersama rumput, bersama bunga, karena Tuhan sumber "gembiraku". Ketika itulah teriakan hore menjadi pujian, juga kegembiraan.
Seorang yang sangat terkenal di bidang jurnalistik, penulisan dan sinetron. Lahir di Solo 26 November 1948. Sempat kuliah di IKIP Solo selama beberapa bulan, lalu mengikuti program penulisan kreatif di Iowa University, Iowa City, Amerika Serikat (1979). Prestasinya sungguh luar biasa. Banyak karyanya yang telah disinetronkan dan mendapat penghargaan, diantaranya Keluarga Cemara, Becak Emak, yang terpilih sebagai Pemenang Kedua Buku Remaja Yayasan Adikarya IKAPI 2002. Bahkan karena prestasinya pula, dia sempat masuk penjara selama lima tahun!Kini ia mengelola penerbitan sendiri yang diberi nama Atmo Group. Ia tinggal di Jakarta dengan seorang istri yang itu-itu saja, tiga orang anak yang sudah dewasa,seorang cucu yang lucu, seekor anjing setia, ratusan lukisan buatan sendiri selama di penjara serta sejumlah pengalaman indah yang masih akan dituliskan.