Pertarungan yang diperkirakan mencapai puncaknya, yang melibatkan Gemuka, Ratu Ayu Bawah Langit, Kiai Sambartaka, Eyang Puspamurti, Gendhuk Tri, Pangeran Sang Hiang, Upasara Wulung, ternyata lebih mengerikan dari semua dugaan.
Ilmu segala ilmu tuntas tersuntak, merobek dan meratakan dalam arti yang sebenarnya.
Pemenang utamanya bukan Upasara Wulung atau Pangeran Angon Kertawardhana. Melainkan Mahapatih Halayudha. Yang bisa mempermainkan takhta, yang duduk di singgasana.
Puncak ajaran mahamanusia yang dikuatirkan oleh Sri Baginda Raja Kertanegara terbukti sudah. Aliran yang dijalani oleh ksatria lelananging jagat, di mana muaranya?
Putra mahkota dari Tartar yang tersohor sakti, apa yang dilakukan sebagai pembalasan dendam? Justru tersambar panah asmara? Seperti yang diduga dan banyak diharapkan bisa terjadi pada Gendhuk Tri dengan Upasara Wulung.
Tetapi percakapan asmara yang sesungguhnya justru tengah dimulai.
Seorang yang sangat terkenal di bidang jurnalistik, penulisan dan sinetron. Lahir di Solo 26 November 1948. Sempat kuliah di IKIP Solo selama beberapa bulan, lalu mengikuti program penulisan kreatif di Iowa University, Iowa City, Amerika Serikat (1979). Prestasinya sungguh luar biasa. Banyak karyanya yang telah disinetronkan dan mendapat penghargaan, diantaranya Keluarga Cemara, Becak Emak, yang terpilih sebagai Pemenang Kedua Buku Remaja Yayasan Adikarya IKAPI 2002. Bahkan karena prestasinya pula, dia sempat masuk penjara selama lima tahun!Kini ia mengelola penerbitan sendiri yang diberi nama Atmo Group. Ia tinggal di Jakarta dengan seorang istri yang itu-itu saja, tiga orang anak yang sudah dewasa,seorang cucu yang lucu, seekor anjing setia, ratusan lukisan buatan sendiri selama di penjara serta sejumlah pengalaman indah yang masih akan dituliskan.