Ketika Nabi dan kaum Muslim tiba di Madinah, sepulangnya dari pertempuran Tabuk, masyarakat Madinah, lelaki, perempuan, dan anak-anak, menyambut mereka dengan mendendangkan puji-pujian:
Thala‘a al-Badru ‘alaina. Min Tsaniyyâti al-Wadâ‘ Wajaba asy-syukru ‘alaina. Mâ da‘â lillâhi dâ‘ Ayyuha al-Mab‘ûtsu fînâ. Ji’ta bil amri muthâ‘
Di sinilah dan pada waktu itulah syair ini didendangkan, bukan saat menyambut Nabi saw. ketika tiba di Madinah dalam perjalanan Hijrah dari Mekkah. Sebab, perjalanan dari Mekkah tidak melalui Tsaniyat al-Wada’, sebuah tempat yang disebut dalam syair di atas. Tetapi yang datang dari arah Tabuk-lah yang melalui lokasi tersebut.
Kisah di atas hanyalah sebagian kecil dari pembacaan ulang yang dilakukan oleh penulis terhadap Sirah Nabi saw. Masih banyak kisah-kisah lain yang terkait dengan kehidupan Nabi saw., setelah dibaca ulang di bawah “sorotan” al-Qur’an dan Hadits-hadits sahih, ternyata menghasilkan simpulan yang malah merevisi kisah-kisah yang kadung populer.
Buku Membaca Sirah Nabi ini mengajak Anda menelusuri kembali jejak-jejak perjalanan Nabi Muhammad saw. yang peristiwa-peristiwanya disusun berdasarkan timbangan al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih. Banyak hal-hal baru, terkait kehidupan Nabi, yang bisa Anda dapatkan dalam buku ini. Jika selama ini ayat-ayat al-Qur’an hanya dijadikan alat “pengesah” atau “penguat” dari kisah tertentu yang terkait dengan kehidupan Nabi saw., dalam buku ini M. Quraish Shihab justru membaliknya, yaitu menjadikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai alat “penyeleksi” terhadap satu kisah, apakah ditolak atau diterima.
Seperti buku-buku M. Quraish Shihab lainnya, buku ini pun ditulis dengan bahasa yang renyah dan mudah dipahami oleh pembaca awam sekalipun.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rapang, Sulawesi Selatan.[1] Ia berasal dari keluarga keturunan Arab yang terpelajar. Ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959 - 1965 dan IAIN 1972 - 1977.