Ishtar Hadiz yang cantik dikejar-kejar oleh pemujanya yang sinting. Karena jiwanya terancam, ibunya memaksanya untuk menikah dengan Dr. Wibowo. Tapi beberapa hari sebelum pesta, dia melarikan diri ke luar negeri, sebab dia mencintai yang lain.
Tak lama kemudian, suaminya meninggal dan dia menjadi ahli waris yang kaya. Dia berhasil mencapai cita-citanya untuk menjadi dokter, dan kembali ke tanah air. Namun hidupnya hampa.
Orang yang dicintainya ternyata tak bisa ditemukannya kembali. Wajah tak bernama yang selalu muncul dalam mimpinya membuat dirinya penasaran, selalu mencari, dan mencari.
Semua laki-laki yang melintas dalam hidupnya ternyata tak bis singgah: Mardi -- berkhianat, Robert -- egois, Alwi -- kekanak-kanakan, dan kini bosnya di rumah sakit juga tidak beres! Dia cuma mau dijadikan sarana bagi kepentingan sendiri.
Namun tanpa disadarinya, seseorang memperhatikannya terus dengan harapan Ishtar akan berpaling padanya dan melihat cinta dalam hatinya yang terus membara tak kunjung padam.
"Sudah seribu tahun kumenanti, Ish. Apakah kau mau menyuruh aku menanti seribu tahun lagi?"
Sanggupkah Ishar melupakan wajah yang dicintainya dan berpaling pada orang lain?
Pada awal tahun tujuh puluhan, saat masyarakat kita haus akan novel hiburan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, bertiuplah angin baru dalam dunia novel kita, Karmila. Novel yang ditulis oleh Marga T yang saat itu masih mahasiswi kedokteran dan terbit pada bulan Desember 1973 itu langsung meledak dan mengalami cetak ulang berkali-kali. Diilhamkan oleh sukses Karmila ini, banyak penulis lain yang kemudian mengikuti jejak Marga T, menulis novel-novel manis. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman, tulisan Marga T yang kini dokter merangkap ibu rumah tangga semakin bervariasi. Tidak hanya kisah-kisah cinta yang manis, tetapi juga novel detektif, spionase, dan bahkan cerita satire. Tetapi apa pun bentuk tulisannya, semuanya tetap memperlihatkan kebolehan Marga T. sebagai juru cerita yang lihai.